Jumat, 06 Juni 2008

PENGEMBANGAN PROFESI GURU

KEGIATAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU

Oleh : Dr. Sulipan

Pendahuluan

Guru adalah jabatan profesi, untuk itu seorang guru harus mampu melaksanakan tugasnya secara profesional. Seseorang dianggap profesional apabila mampu mengerjakan tugasnya dengan selalu berpegang teguh pada etika kerja, independent (bebas dari tekanan pihak luar), cepat (produktif), tepat (efektif), efisien dan inovatif serta didasarkan pada prinsip-prinsip pelayanan prima yang didasarkan pada unsur-unsur ilmu atau teori yang sistematis, kewenangan profesional, pengakuan masyarakat dan kode etik yang regulatif. Pengembangan wawasan dapat dilakukan melalui forum pertemuan profesi, pelatihan ataupun upaya pengembangan dan belajar secara mandiri.

Sejalan dengan hal di atas, seorang guru harus terus meningkatkan profesionalismenya melalui berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuannya dalam mengelola pembelajaran maupun kemampuan lain dalam upaya menjadikan peserta didik memiliki keterampilan belajar, mencakup keterampilan dalam memperoleh pengetahuan (learning to know), keterampilan dalam pengembangan jati diri (learning to be), keterampilan dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu (learning to do), dan keterampilan untuk dapat hidup berdampingan dengan sesama secara harmonis (learning to live together).

Kegiatan Pengembangan Profesi Guru

Setiap guru wajib melakukan berbagai kegiatan dalam melaksanakan tugas dan tanggung-jawabnya. Lingkup kegiatan guru tersebut meliputi : (1) mengikuti pendidikan, (2) menangani proses pembelajaran, (3) melakukan kegiatan pengembangan profesi dan (4) melakukan kegiatan penunjang. Berkaitan dengan program Bimbingan Penulisan Karya Ilmiah, maka penulisan karya ilmiah adalah salah satu dari kegiatan pengembangan profesi guru. Kegiatan pengembangan profesi adalah kegiatan guru dalam rangka penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan keterampilan untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan pada umumnya maupun lingkup sekolah pada khususnya.

Tujuan Kegiatan Pengembangan Profesi Guru

Tujuan kegiatan pengembangan profesi guru adalah untuk meningkatkan mutu guru agar guru lebih profesional dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi, kegiatan tersebut bertujuan untuk memperbanyak guru yang profesional, bukan untuk mempercepat atau memperlambat kenaikan pangkat/golongan. Selanjutnya sebagai penghargaan kepada guru yang mampu meningkatkan mutu profesionalnya, diberikan penghargaan, di antaranya dengan kenaikan pangkat/golongannya. Dalam kaitannya dengan program bimbingan penulisan karya ilmiah, maka penulisan karya tulis ilmiah sendiri yang merupakan salah satu kegiatan pengembangan profesi guru, bukanlah sebagai tujuan akhir tetapi sebenarnya merupakan wahana untuk melaporkan kegiatan yang telah dilakukan guru untuk meningkatkan mutu pendidikan, khususnya pembelajaran di sekolah.

Rincian Macam Kegiatan Pengembangan Profesi Guru

Untuk setiap kegiatan dalam kegiatan pengembangan profesi yang dilakukan dengan baik dan benar diberikan angka kredit. Angka kredit adalah angka yang diberikan berdasarkan penilaian atas prestasi yang telah dicapai oleh seorang guru dalam mengerjakan butir rincian kegiatan yang dipergunakan sebagai salah satu syarat untuk pengangkatan dan kenaikan pangkat dalam jabatan guru. Penetapan Angka Kredit adalah penetapan hasil penilaian prestasi kerja guru yang telah memenuhi syarat untuk kenaikan jabatan/pangkat yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

Sementara ini untuk kenaikan pangkat dari golongan IV/a ke golongan IV/b ke atas seorang guru dipersyaratkan untuk mengumpulkan angka kredit dari bidang kegiatan pengembangan profesi guru minimal sebesar 12 point.

Pada bidang pengembangan profesi tersebut meliputi kegiatan sebagai berikut:

1. Melakukan kegiatan karya tulis/karya ilmiah (KTI) di bidang pendidikan;

2. Membuat alat pelajaran/alat peraga atau alat bimbingan;

3. Menciptakan karya seni;

4. Menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidikan;

5. Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.

Lingkup kegiatan karya tulis/karya ilmiah (KTI) di bidang pendidikan, meliputi : karya ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survei dan atau evaluasi di bidang pendidikan, karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah gagasan sendiri dalam bidang pendidikan, tulisan ilmiah populer, prasaran dalam pertemuan ilmiah, buku pelajaran, diktat pelajaran dan karya alih bahasa atau karya terjemahan. Membuat alat pelajaran/alat peraga atau alat bimbingan, melliputi pembuatan alat peraga dan alat bimbingan. Menciptakan Karya Seni meliputi Karya Seni Sastera, Lukis, Patung, Pertunjukan, Kriya dan sejenisnya. Menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidikan, meliputi teknologi yang bermanfaat di bidang pembelajaran, seperti alat praktikum, dan alat bantu teknis pembelajaran. Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum, meliputi keikutsertaan dalam penyusunan standar pendidikan dan pedoman lain yang bertaraf nasional.

Masing-masing kegiatan pengembangan profesi diberikan angka kredit sesuai Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Kepmenpan) No. 84/1993 yang berlaku.

No.

Jenis Kegiatan

Rincian

Angka Kredit

1

Melakukan kegiatan karya tulis/karya ilmiah (KTI) di bidang pendidikan;

Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional

12,5

Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam majalah ilmiah yang diakui.

6

Hasil penelitian yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan dalam bentuk buku

8

Hasil penelitian yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan dalam bentuk makalah

4

Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang pendidikan yang dipublikasikan dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional

8

Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang pendidikan yang dipublikasikan dalam majalah ilmiah yang diakui

4

Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang pendidikan yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah dalam bentuk buku

7

Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang pendidikan yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah dalam bentuk makalah

3,5

Tulisan ilmiah populer di bidang pendidikan dan kebudayaan yang disebarluaskan melalui media massa

2

Menyampaikan prasaran berupa tinjauan, gagasan, atau ulasan ilmiah dalam pertemuan ilmiah

2,5

Buku pelajaran atau modul bertaraf nasional

5

Buku pelajaran atau modul bertaraf provinsi

3

Diktat pelajaran

1

Mengalihbahasakan buku pelajaran/ karya ilmiah yang bermanfaat bagi pendidikan

2,5

2

Membuat alat pelajaran/alat peraga atau alat bimbingan;

0,5

3

Menciptakan karya seni;

5

4

Menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidikan;

5

5

Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.

Bersifat pembaruan :

Ketua :

Anggota :

4,5

3,5

Bersifat pembaruan :

Ketua :

Anggota :

3

2

Program Bimbingan Penulisan Karya Ilmiah

Guna memfasilitasi dan memotivasi guru untuk melakukan kegiatan pengembangan profesi, Direktorat Profesi Pendidik menyelenggarakan program Bimbingan Penulisan Karya Ilmiah bagi guru. Lingkup program ini meliputi pemberian bimbingan kepada guru dalam melakukan : (1) penelitian deskriptif, (2) penelitian eksperimen, dan (3) penelitian tindakan kelas. Alasan memilih tiga kegiatan tersebut adalah besarnya minat guru untuk melakukan ketiga jenis kegiatan penelitian tersebut. Dari penilaian angka kredit untuk golongan IV/a ke atas, terbukti paling banyak guru mengajukan bukti kegiatan pengembangan profesinya berupa laporan penelitian deskriptif, penelitian eksperimen dan penelitian tindakan kelas. Untuk itulah pada tahun 2007 ini Direktorat Profesi Pendidik memilih ketiga jenis penelitian tersebut dalam program bimbingan secara online (melalui internet), namun tidak menutup kemungkinan pada masa depan akan diselenggarakan program yang mendukung jenis kegiatan pengembangan profesi yang lain.

Saturday, 5 May 2007,

KEBANGKITAN NASIONAL

Kapankah Kebangkitan Nasional (Indonesia)?

Mei 3, 2008

imageDi berbagai media, di tengah kesulitan hidup yang kian melilit rakyat, di tengah kemiskinan yang kian menjadi, di tengah keputus-asaan rakyat banyak yang kian membuncah, di tengah himpitan kemelaratan, di tengah pesta korupsi dan mark-up anggaran negara (baca: uang rakyat) yang dilakukan para pejabat negara, memasuki bulan Mei 2008 bangsa ini dicekoki dengan ‘Momentum 1 Abad Kebangkitan Nasional’. Hal ini tentunya dikaitkan dengan berdirinya organisasi Boedhi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908.

Jika salah satu syair dari Taufiq Ismail berjudul “Malu Aku Jadi Orang Indonesia’, maka sekarang ini judul syair tersebut bertambah relevan. Betapa memalukannya sebuah bangsa yang katanya besar ternyata masih saja salah menetapkan tonggak kebangkitannya sendiri. Dan parahnya, hal ini ternyata didukung oleh tokoh-tokoh dan partai Islam yang seharusnya menjadi agen pencerahan bangsa.

Misal, sebuah partai politik Islam besar akhir April lalu memasang sebuah iklan hitam putih seperempat halaman di sebuah harian ternama nasional. Dalam iklan tersebut, partai ini dengan tanpa malu memuat ‘Momentum 1 Abad Kebangkitan Nasional: Harapan Itu Masih Ada”. Disadari atau tidak, iklan ini telah ikut meracuni pemikiran generasi muda bangsa dengan ikut-ikutan latah menyiarkan kedustaan dan kesalahan yang fatal. Padahal partai ini kebanyakan diisi oleh orang-orang muda yang katanya intelek. Namun kenyataan yang terjadi sungguh memalukan!

Sayyid Quthb di dalam “Tafsir Baru Atas Realitas” (1996) menyatakan orang-orang yang mengikuti sesuatu tanpa pengetahuan yang cukup adalah sama dengan orang-orang jahiliyah, walau orang itu mungkin seorang ustadz bahkan profesor. Jangan sampai kita “Fa Innahu Minhum” (kita menjadi golongan mereka) terhadap kejahiliyahan.

Situs eramuslim.com sekurangnya sudah tiga kali memuat tentang organisasi Boedhi Oetomo (BO) dan memaparkan bahwa organisasi ini sama sekali tidak berhak dijadikan tongak kebangkitan nasional karena BO sama sekali tidak pernah mencita-citakan kemerdekaan, pro-penjajahan yang dilakukan Belanda, dan banyak tokohnya anggota aktif Freemasonry yang merupakan organisasi pendahulu dari Zionisme. Seharusnya, tonggak kebangkitan nasional disematkan pada momentum berdirinya organisasi Syarikat Dagang Islam (SDI) yang kemudian berubah menjadi Syarikat Islam (SI) pada tahun 1905, tiga tahun sebelum BO.

Sebab itu, agar kita lagi-lagi tidak salah menganggap tahun 2008 ini sebagai Momentum 1 Abad Kebangkitan Nasional, maka Kami lagi-lagi menurunkan artikel terkait hal tersebut, agar kebenaran tetaplah kebenaran, dan sama sekali tidak akan goyah walau dengan alasan politis sekali pun. Sejarah adalah History, bukan His-Story!


Penghinaan Terhadap Perjuangan Umat Islam

Dipilihnya tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional, sesungguhnya merupakan suatu penghinaan terhadap esensi perjuangan merebut kemerdekaan yang diawali oleh tokoh-tokoh Islam. Karena organisasi Syarikat Islam (SI) yang lahir terlebih dahulu dari Boedhi Oetomo (BO), yakni pada tahun 1905, yang jelas-jelas bersifat nasionalis, menentang penjajah Belanda, dan mencita-citakan Indonesia merdeka, tidak dijadikan tonggak kebangkitan nasional.

Mengapa BO yang terang-terangan antek penjajah Belanda, mendukung penjajahan Belanda atas Indonesia, a-nasionalis, tidak pernah mencita-citakan Indonesia merdeka, dan anti-agama malah dianggap sebagai tonggak kebangkitan bangsa? Ini jelas kesalahan fatal.

Akhir Februari 2003, sebuah amplop besar pagi-pagi telah tergeletak di atas meja kerja penulis. Pengirimnya KH. Firdaus AN, mantan Ketua Majelis Syuro Syarikat Islam kelahiran Maninjau tahun 1924. Di dalam amplop coklat itu, tersembul sebuah buku berjudul “Syarikat Islam Bukan Budi Utomo: Meluruskan Sejarah Pergerakan Bangsa” karya si pengirim. Di halaman pertama, KH. Firdaus AN menulis: “Hadiah kenang-kenangan untuk Ananda Rizki Ridyasmara dari Penulis, Semoga Bermanfaat!” Di bawah tanda tangan beliau tercantum tanggal 20. 2. 2003.

KH. Firdaus AN telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Namun pertemuan-pertemuan dengan beliau, berbagai diskusi dan obrolan ringan antara penulis dengan beliau, masih terbayang jelas seolah baru kemarin terjadi. Selain topik pengkhianatan the founding-fathers bangsa ini yang berakibat dihilangkannya tujuh buah kata dalam Mukadimmah UUD 1945, topik diskusi lainnya yang sangat konsern beliau bahas adalah tentang Boedhi Oetomo.

BO tidak memiliki andil sedikit pun untuk perjuangan kemerdekan, karena mereka para pegawai negeri yang digaji Belanda untuk mempertahankan penjajahan yang dilakukan tuannya atas Indonesia. Dan BO tidak pula turut serta mengantarkan bangsa ini ke pintu gerbang kemedekaan, karena telah bubar pada tahun 1935. BO adalah organisasi sempit, lokal dan etnis, di mana hanya orang Jawa dan Madura elit yang boleh menjadi anggotanya. Orang Betawi saja tidak boleh menjadi anggotanya,” tegas KH. Firdaus AN.

BO didirikan di Jakarta tanggal 20 Mei 1908 atas prakarsa para mahasiswa kedokteran STOVIA, Soetomo dan kawan-kawan. Perkumpulan ini dipimpin oleh para ambtenaar, yakni para pegawai negeri yang setia terhadap pemerintah kolonial Belanda. BO pertama kali diketuai oleh Raden T. Tirtokusumo, Bupati Karanganyar kepercayaan Belanda, yang memimpin hingga tahun 1911. Kemudian dia diganti oleh Pangeran Aryo Notodirodjo dari Keraton Paku Alam Yogyakarta yang digaji oleh Belanda dan sangat setia dan patuh pada induk semangnya.

Di dalam rapat-rapat perkumpulan dan bahkan di dalam penyusunan anggaran dasar organisasi, BO menggunakan bahasa Belanda, bukan bahasa Indonesia. “Tidak pernah sekali pun rapat BO membahas tentang kesadaran berbangsa dan bernegara yang merdeka. Mereka ini hanya membahas bagaimana memperbaiki taraf hidup orang-orang Jawa dan Madura di bawah pemerintahan Ratu Belanda, memperbaiki nasib golongannya sendiri, dan menjelek-jelekkan Islam yang dianggapnya sebagai batu sandungan bagi upaya mereka, ” papar KH. Firdaus AN.


Di dalam Pasal 2 Anggaran Dasar BO tertulis “Tujuan organisasi untuk menggalang kerjasama guna memajukan tanah dan bangsa Jawa dan Madura secara harmonis. ” Inilah tujuan BO, bersifat Jawa-Madura sentris, sama sekali bukan kebangsaan.

Noto Soeroto, salah seorang tokoh BO, di dalam satu pidatonya tentang Gedachten van Kartini alsrichtsnoer voor de Indische Vereniging berkata: “Agama Islam merupakan batu karang yang sangat berbahaya… Sebab itu soal agama harus disingkirkan, agar perahu kita tidak karam dalam gelombang kesulitan.

Sebuah artikel di “Suara Umum”, sebuah media massa milik BO di bawah asuhan Dr. Soetomo terbitan Surabaya, dikutip oleh A. Hassan di dalam Majalah “Al-Lisan” terdapat tulisan yang antara lain berbunyi, “Digul lebih utama daripada Makkah”, “Buanglah Ka’bah dan jadikanlah Demak itu Kamu Punya Kiblat!” (M. S) Al-Lisan nomor 24, 1938.

Karena sifatnya yang tunduk pada pemerintahan kolonial Belanda, maka tidak ada satu pun anggota BO yang ditangkap dan dipenjarakan oleh Belanda. Arah perjuangan BO yang sama sekali tidak berasas kebangsaan, melainkan chauvinisme sempit sebatas memperjuangkan Jawa dan Madura saja telah mengecewakan dua tokoh besar BO sendiri, yakni Dr. Soetomo dan Dr. Cipto Mangunkusumo, sehingga keduanya hengkang dari BO.


Bukan itu saja, di belakang BO pun terdapat fakta yang mencengangkan.

Ketua pertama BO yakni Raden Adipati Tirtokusumo, Bupati Karanganyar, ternyata adalah seorang anggota Freemasonry. Dia aktif di Loge Mataram sejak tahun 1895.

Sekretaris BO (1916), Boediardjo, juga seorang Mason yang mendirikan cabangnya sendiri yang dinamakan Mason Boediardjo.

Hal ini dikemukakan dalam buku “Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962” (Dr. Th. Stevens), sebuah buku yang dicetak terbatas dan hanya diperuntukan bagi anggota Mason Indonesia.

Dr. Soetomo dan Dr. Cipto Mangunkusumo Kecewa dengan BO

Karena BO tidak pernah membahas kebangsaan dan nasionalisme, mendukung penjajahan Belanda atas Indonesia, anti agama, dan bahkan sejumlah tokohnya ternyata anggota Freemasonry. Ini semua mengecewakan dua pendiri BO sendiri yakni Dr. Soetomo dan Dr. Cipto Mangunkusumo, sehingga keduanya akhirnya hengkang dari BO.

Tiga tahun sebelum BO dibentuk, Haji Samanhudi dan kawan-kawan mendirikan Syarikat Islam (SI, awalnya Syarikat Dagang Islam, SDI) di Solo pada tanggal 16 Oktober 1905. “Ini merupakan organisasi Islam yang terpanjang dan tertua umurnya dari semua organisasi massa di tanah air Indonesia, ” tulis KH. Firdaus AN.

Berbeda dengan BO yang hanya memperjuangkan nasib orang Jawa dan Madura—juga hanya menerima keanggotaan orang Jawa dan Madura, sehingga para pengurusnya pun hanya terdiri dari orang-orang Jawa dan Madura—sifat SI lebih nasionalis. Keanggotaan SI terbuka bagi semua rakyat Indonesia yang mayoritas Islam.

Sebab itu, susunan para pengurusnya pun terdiri dari berbagai macam suku seperti: Haji Samanhudi dan HOS. Tjokroaminoto berasal dari Jawa Tengah dan Timur, Agus Salim dan Abdoel Moeis dari Sumatera Barat, dan AM. Sangaji dari Maluku.

Guna mengetahui perbandingan antara kedua organisasi tersebut—SI dan BO—maka di bawah ini dipaparkan perbandingan antara keduanya:

Tujuan:

- SI bertujuan Islam Raya dan Indonesia Raya,

- BO bertujuan menggalang kerjasama guna memajukan Jawa-Madura (Anggaran Dasar BO Pasal 2).

Sifat:

- SI bersifat nasional untuk seluruh bangsa Indonesia,

- BO besifat kesukuan yang sempit, terbatas hanya Jawa-Madura,

Bahasa:

- SI berbahasa Indonesia, anggaran dasarnya ditulis dalam bahasa Indonesia,

- BO berbahasa Belanda, anggaran dasarnya ditulis dalam bahasa Belanda

Sikap Terhadap Belanda:

- SI bersikap non-koperatif dan anti terhadap penjajahan kolonial Belanda,

- BO bersikap menggalang kerjasama dengan penjajah Belanda karena sebagian besar tokoh-tokohnya terdiri dari kaum priyayi pegawai pemerintah kolonial Belanda,

Sikap Terhadap Agama:

- SI membela Islam dan memperjuangkan kebenarannya,

- BO bersikap anti Islam dan anti Arab (dibenarkna oleh sejarawan Hamid Algadrie dan Dr. Radjiman)[/color]

Perjuangan Kemerdekaan:

- SI memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan mengantar bangsa ini melewati pintu gerbang kemerdekaan,

- BO tidak pernah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan telah membubarkan diri tahun 1935, sebab itu tidak mengantarkan bangsa ini melewati pintu gerbang kemerdekaan,

Korban Perjuangan:

- Anggota SI berdesak-desakan masuk penjara, ditembak mati oleh Belanda, dan banyak anggotanya yang dibuang ke Digul, Irian Barat,

- Anggota BO tidak ada satu pun yang masuk penjara, apalagi ditembak dan dibuang ke Digul,

Kerakyatan:

- SI bersifat kerakyatan dan kebangsaan,

- BO bersifat feodal dan keningratan,

Melawan Arus:

- SI berjuang melawan arus penjajahan,

- BO menurutkan kemauan arus penjajahan,

Kelahiran:

- SI (SDI) lahir 3 tahun sebelum BO yakni 16 Oktober 1905,

- BO baru lahir pada 20 Mei 1908,

Seharusnya 16 Oktober

Hari Kebangkitan Nasional yang sejak tahun 1948 kadung diperingati setiap tanggal 20 Mei sepanjang tahun, seharusnya dihapus dan digantikan dengan tanggal 16 Oktober, hari berdirinya Syarikat Islam. Hari Kebangkitan Nasional Indonesia seharusnya diperingati tiap tanggal 16 Oktober, bukan 20 Mei. Tidak ada alasan apa pun yang masuk akal dan logis untuk menolak hal ini.

Jika kesalahan tersebut masih saja dilakukan, bahkan dilestarikan, maka saya khawatir bahwa jangan-jangan kesalahan tersebut disengaja. Saya juga khawatir, jangan-jangan kesengajaan tersebut dilakukan oleh para pejabat bangsa ini yang sesungguhnya anti Islam dan a-historis.

Jika keledai saja tidak terperosok ke lubang yang sama hingga dua kali, maka sebagai bangsa yang besar, bangsa Indonesia seharusnya mulai hari ini juga menghapus tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional, dan melingkari besar-besar tanggal 16 Oktober dengan spidol merah dengan catatan “Hari Kebangkitan Nasional”.


Penjajah adalah tetap Penjajah !! dan Sejarah adalah tetap Sejarah

Mari Kita Pelajari Sejarah dengan Benar!!

(HISTORY dan bukan HIS STORY)

cek di galery/sejarah/index.php

sumber: http://swaramuslim.net/

Senin, 12 Mei 2008

PENGELOLAAN KELAS

Apakah Tata Letak Ruang Kelas Perlu Diatur Ulang?




Oleh Dr. Fred Jones, Ph.D

Saturday, 05 January 2008

Faktor utama yang mempengaruhi murid bersungguh-sungguh menyimak pelajaran di kelas adalah jarak fisik dengan guru. Ketika guru berada di sampingnya, siswa cenderung diam, tetapi ketika menjauh siswa berkecendungan ngobrol dengan teman di sebelahnya.

Zona Kedekatan

Bayangkan kita berjalan di antara murid-murid di dalam kelas. Gambarkan ada 3 zona kedekatan di sekitar tubuh anda dengan pola melingkar. Untuk menandai ketiga zone tersebut, kita gunakan warna-warna pengatur lalu lintas yaitu merah, kuning dan hijau.

Mencegah Dorongan Mengacau

Ketika guru berkeliling ruang kelas dua atau tiga langkah akan dapat menggeser seorang siswa dari zone hijau ke zona kuning atau dari zone kuning ke zone merah. Karenanya, melalui mobilitas guru secara konstan membelokkan dorongan siswa untuk mengacau kelas. Tentu saja, guru dan siswa merasakan secara tidak sadar. Jika kita mengamati siswa yang berperilaku baik dalam kelas yang diajar oleh guru yang tidak menggunakan teknik kedekatan ini, kita tidak akan mengetahui manfaat teknik ini

Mengatur Ulang Tata Letak


Tatkala pentingnya mobilitas dan kedekatan sudah kita pahami, langkah berikutnya adalah bagaimana dapat dilakukan semudah mungkin. Apa yang menjadi kendala dalam melaksanakan konsep tersebut. Coba kita perhatikan tata letak sebuah kelas. Ternyata, hambatannya terletak pada pengaturan furnitur (meja, kursi dan lemari) di dalam kelas.

Meja Guru

Atur guru yang memungkinkan kita bergerak di dalam kelas semudah mungkin. Pertimbangkan luas ruangan, jarak dan gerakan secara cermat.

Pertama, pindahkan meja guru dari tempat yang biasanya (di depan kelas). Mengapa? Ini menyebabkan kita harus melangkah rata-rata sejauh 3 meter untuk berada dengan setiap siswa. Berikutnya, tempakan meja siswa lebih kedepan sehingga kita dapat menulis di papan tulis dan berbicara secara nyaman dengan siswa. Terus dimana letak meja guru? Kebanyakan guru menempatkan meja di pojok sehingga dapat menyenderkan benda di dinding dengan enak. Yang lain ada yang meletakkan meja guru di belakang.

Meja Siswa


Ini ada beberapa contoh pengaturan tata letak ruang kelas. Bukan berarti contoh ini sudah 'benar'. Ini hanya sekedar untuk menunjukkan bahwa dengan pengaturan ini mobilitas akan lebih mudah. Tatkala kita sudah terbiasa dengan prinsip-prinsip dasarnya, kita dapat melakukan perubahan tata letak yang sesuai dengan ruang kelas kita sendiri.

Hal yang paling penting dalam pengaturan ruang kelas bukan dimana meja/kursi akan diletakkan, tetapi dimana meja/kursi sebaiknya tidak diletakkan.Tujuan pengaturan ruang kelas adalah menciptakan kemudahan bergerak. Kita dapat bergerak dari satu meja ke meja lain dengan mudah dan hemat langkah.

ImageSumber: Education-World

Minggu, 11 Mei 2008

EVALUASI KINERJA KEPALA SEKOLAH

BERSAMA INI DISAMPAIKAN SEBUAH KONSEP PEDOMAN PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH
DENGAN HARAPAN DAPAT DIPAKAI UNTUK EVALUASI DIRI
PARA KEPALA SEKOLAH ATAU CALON KEPALA SEKOLAH

PEDOMAN PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH

1. KEPALA SEKOLAH SEBAGAI MANAJER

NO.

ASPEK

INDIKATOR KEBERHASILAN

1.1

Pemamahan visi dan misi

1.1.1 Kejelasan pemahaman visi dan misi

1.1.2 Mampu menyebutkan rumusan dan misi sekolah

1.1.3 Menjelaskan keterkaitan visi dan misi dengan komponen sekolah

1.1.4 Mampu merumuskan program pe-ngembangan sekolah yang berkaitan dengan karakteristik visi dan misi sekolah

1.1.5 Komited terhadap pencapaian visi dan misi

1.2

Perencanaan program

1.2.1 Kemampuan merencanakan program yang memanfaatkan sumber daya alam.

1.2.2 Kemampuan merencanakan program yang memanfaatkan lingkungan

1. 3

Pengorganisasian

1.3.1 Kemampuan menyusun organisasi yang operasional.

1.3.2 Kemampuan menempatkan personil yang tepat dalam organisasi.

1.3.3 Kemampuan menyusun mekanisme kerja yang jelas.

1.3.4 Kemampuan memanfaatkan organi-sasi secara efektif.

1.4

Penggerakan

1.4.1 Kemampuan untuk melaksanakan program

· Secara tepat waktu

· Mencapai hasil yang berkualitas

1.4.2 Memberikan dukungan untuk keter- laksanaan program

1.5

Waskat

1.5.1 Melaksanakan waskat terhadap setiap program :

· Umum

· Pengajaran

· Unit Produksi

· Adanya instrumen waskat

· Adanya jadwal waskat

· Adanya analisa hasil waskat

· Adanya program tindak lanjut hasil waskat

2. KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN

NO.

ASPEK

INDIKATOR KEBERHASILAN

2.1

Kepribadian

2.1.1 Memiliki kepribadian yang baik

· Berjiwa besar

· Bertanggungjawab

· Jujur

· Terbuka

· Adil

· Tekun

· Sabar

· Inovatif

· Kreatif

2.1.2 Memilik integritas pribadi

· Rasa memiliki

· Kepedulian dalam berpartisipasi

· Proaktif

· Konsisten

2.2

Kemampuan memotivasi

2.2.1 Kemampuan memberikan peng-hargaan

2.2.2 Adanya sasaran yang diberikan penghargaan

2.2.3 Adanya bentuk-bentuk penghargaan berupa :

· Ucapan terima kasih (tertulis)

· Pemberian kesempatan promosi

· Pemberian dalam bentuk materi

2.2.4 Kemampuan memberikan hukuman

2.2.5 Data pemberian sanksi dalam bentuk :

· Teguran tertulis

· Tidak diberikan jam mengajar

· Tidak diusulkan mengikuti pen-didikan dan pelatihan, OJT (On The Job Training) atau pelatihan di dunia kerja, melanjutkan pen-didikan.

2.3

Penmabilan keputusan

2.3.1 Peka terhadap adanya masalah

2.3.2 Tidak menghindari masalah

2.3.3 Tidak menunda pengambilan keputu-san.

2.3.4 Mengambil keputusan dengan tepat untuk memecahkan masalah

2.4

Komunikasi

2.4.1 Kemampuan mengkomunikasikan gagasan.

2.4.2 Dalam mengkomunikasikan gagasan harus mempertimbangkan situasional baik formal maupun informal

2.4.3 Mendapat respon dari bawahannya dan mengakomodir aspirasi bawahan

2.4.4 Ide/gagasan didukung oleh pember-dayaan sumberdaya

2.5

Pendelegasian wewenang

2.5.1 Terdelegasikannya wewenang secara tepat

2.5.2 Pendelegasian wewenang secara tepat

2.5.3 Batas kewenangan

2.5.4 Dasar pemberian wewenang

3. KEPALA SEKOLAH SEBAGAI WIRAUSAHAWAN

NO.

ASPEK

INDIKATOR KEBERHASILAN

3.1

Analisa Peluang

3.1.1 Mampu membaca peluang

3.1.2 Unsur-unsur peluang bisnis

3.1.3 Jenis peluang sekolah

3.1.4 Kondisi pasa (pasarnya dimana)

3.1.5 Kondisi konsumen (konsumennya siapa)

3.1.6 Mampu melayani konsumen

3.1.7 Kesiapan memasarkan produk/jasa

3.1.8 Mampu memanfaatkan peluang

3.1.9 Mampu menciptakan peluang

3.2

Promosi Sekolah

3.2.1 Mampu bernegoisasi

3.2.2 Adanya hubungan yang luas dengan industri/ institusi pasangan.

3.2.3 Mampu mempromosikan sekolah

3.2.4 Bisa menciptakan kegiatan promosi (sekolah dikenal masyarakat)

3.2.5 Mampu “menjual” program dan produk sekolah

3.3

Manuver

3.3.1 Berani mengambil resiko dengan perhitungan

3.3.2 Ditunjukkan dengan adanya inovasi dan krativitas sekolah sehingga berdampak terhadap kemandirian sekolah.

3.3.3 Berani melakukan terobosan

3.4

Kemandirian Sekolah

3.4.1 Memperlihatkan komitmen terhadap tercapainya kemandirian sekolah

4. KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PENCIPTA IKLIM KERJA

NO.

ASPEK

INDIKATOR KEBERHASILAN

4.1

Analisa Peluang

4.1.1 Menciptakan lingkungan kampus yang nyaman

· Aman

· Sehat

· Tertib

· Rindang

· Sejuk

· Indah

4.1.2 Menciptakan ruang kerja yang nyaman

· Ruang kantor

· Ruang teori

· Ruang praktik

· Fasilitas umum (kantin, aula, dsb)

4.1.3 Menciptakan suasana kerja yang kondusif

· Tidak ada saling curiga

· Adanya keterbukaan

· Terciptanya kekeluargaan

· Tidak terbentuk blok/kelompok diantara staf/guru

4.1.4 Adanya suasana hubungan timbal balik antara kepala sekolah dengan warga sekolah

4.1.5 Adanya hubungan yang harmonis antara warga sekolah (guru dan staf)

4.1.6 Adanya hubungan timbal balik antara kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha dengan siswa.

4.2

Usaha pemasyarakatan PLH

4.2.1 Usaha memasyarakatkan PLH pada seluruh unsur sekolah

· Adanya pamflet PLH

· Adanya fasilitas LH

· Mewujudkan keteladanan dalam pemeliharaan LH dan penghematan energi

4.2.2 Usaha memasyarakatkan PLH pada masya- rakat sekitar sekolah

· Adanya program

· Adanya bukti fisik tentang keterlaksanaan program

· Adanya jalinan kerjasana dengan industri yang menerapkan ramah lingkungan.

5. KEPALA SEKOLAH SEBAGAI WIRAUSAHAWAN

NO.

ASPEK

INDIKATOR KEBERHASILAN

5.1

Sikap Sebagai Pendidik

5.1.1 Memiliki kesadaran akan perannya sebagai pendidik bagi bawahannya

· Tanggap terhadap kelemahan-kelemahan bawahan

· Memiliki kepedulian terhadap program pengembangan staf

5.1.2 Kelemahan-kelemahan yang ada pada warga sekolah (guru, pegawai, siswa)

· Usulan penataran, studi lanjut, OJT (On The Job Training) atau pelatihan di dunia usaha dan

· Pengembangan program lain

5.2

Bimbingan dan Pembinaan

5.2.1 Melaksanakan bimbingan langsung terhadap bawahannya

5.2.2 Semua kegiatan yang berkaitan dengan bimbingan dan pembinaan langsung, harus teradministrasi dengan baik

5.2.3 Menyelenggarakan program-program pendidikan/pembinaan bagi pegawai

· Pengiriman pelatihan

· Pemberian bantuan dana pen-didikan bagi pegawai

· Menyelenggarakan seminar dan pelatihan di sekolah

· Mengirim pegawai untuk mengi-kuti/mengunjungi seminar, pame-ran, lokakarya di luar sekolah.

· Kepekaan pembinaan

· Intensitas pembinaan dan strategi

· Evaluasi hasil pembinaan guru dan staf

5.2.4 Menghargai hasil pendidikan pegawai

· Kenaikan pangkat/penyesuaian

· Promosi jabatan

· Pengakuan terhadap kemampuan

5.3

Konsultasi

5.3.1 Membuka diri untuk menerima pegawai berkonsultasi

5.4

DP3

5.4.1 Pemanfaatan sistem penilaian pegawai (DP3) untuk pembinaan staf.

6. KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMBINA TATA USAHA

NO.

ASPEK

INDIKATOR KEBERHASILAN

6.1

Analisa Peluang

6.1.1 Memiliki kesadaran tentang pen-tingnya tertib tata usaha sekolah.

6.1.2 Menguasai teknik dan aturan tata usaha sekolah

6.2

Penciptaan Tertib Administrasi Sekolah

6.2.1 Memiliki kemampuan untuk men-ciptakan tertib tata usaha yang meliputi bidang

· Kepegawaian

· Keuangan

· Kesiswaan

· Pengajaran

· Inventaris

· Kearsipan

7. KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PENYELIA

NO.

ASPEK

INDIKATOR KEBERHASILAN

7.1

Sikap dan Pemahaman

7.1.1 Memiliki kesadaran tentang arti dan fungsi penyeliaan bagi keter-laksanaan program sekolah.

7.1.2 Adanya kontrol adminsitrasi sekolah secarfa berkesinambungan

7.1.3 Adanya program penyeliaan

7.1.4 Adanya instrumen penyeliaan

7.1.5 Adanya frekuensi penyeliaan

7.1.6 Adanya analisa hasil penyeliaan

7.1.7 Adanya tindak lanjut hasil penyeliaan

7.2

Pelaksanaan Penyeliaan

7.2.1 Melaksanakan penyeliaan terhadap semua kegiatan :

· Intensitas penyeliaan

· Penemuan masalah

· Memberikan solusi

7.3

Tindak lanjut hasil penyeliaan

7.3.1 Menyusun program tindak lanjut hasil penyeliaan

7.3.2 Melaksanakan tindak lanjut penye-liaan.